Minggu, 31 Januari 2010

Sahabat dan Gunung

Manusia adalah makhluk sosial, artinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain. Pengertian makhluk sosial tidak hanya dalam kehidupan di alam sebenarnya, seperti pada zaman pra-sejarah dahulu. Tetapi juga berlaku untuk kehidupan sosial masyarakat modern.

Contoh kecilnya adalah kita para remaja yang pasti menginginkan dan memiliki teman. Apalagi teman di sekolah, tempat dimana kita belajar setiap hari. Dan kita tidak mungkin bertahan belajar di sekolah tersebut tanpa mengalami atau melakukan interaksi. Dan tidak mungkin kita tidak memiliki teman. Walaupun hanya beberapa saja, tetapi pasti kita memiliki teman.

Kita yang sekarang sudah duduk di bangku SMA pastinya pernah memiliki teman atau yang lebihnya disebut sahabat di sekolah kita dulu. Seperti di SMP, SD atau TK. Masih ingatkah kita dengan kenangan kita dulu dengan sahabat kita?

Sekarang, kita berpisah dengan mereka, dan mungkin kita sudah memiliki teman atau sahabat baru. Tapi, sahabat sejati adalah sahabat yang tak akan tergantikan walaupun terpisah ruang dan waktu sekalipun.

Masih untung jika sahabat kita hanya meninggalkan kita tetapi masih dapat dijangkau dengan mudah. Sereti hanya berpisah sekolah dan jaraknya masih dekat dan mungkin masih bisa sering berkomunikasi atau bertemu. Tetapi itu tidak berlaku bagi saya, kendala jarak dan akses yang ‘agak’ sulit membuat saya sering merasa kangen dengan mereka.

Dulu, saya hanya tinggal menghubungi mereka dengan handphone, tapi sekarang, hanya bisa lewat Facebook, itupun saya jarang online karena kendala perizinan. Dalam sebuah buku, saya pernah membaca sebuah kata mutiara yang memang benar dan saya sendiri mengalaminya. Dalam buku tersebut tertulis :

“Persahabatan akan lebih indah dirasakan saat sedang berjauhan, bagaikan gunung yang dilihat dari kejauhan, akan nampak lebih jelas dan indah dibanding dilihat dari puncaknya…”

Kami yang sekarang sudah terpencar untuk menggapai cita-cita masing-masing membuat saya sering merasa risi dengan keadaan yang saya hadapi sekarang benar-benar berbeda degan yang dulu saya alami dengan sahabat saya. Walaupun disini saya sudah mempunyai banyak teman yang ‘senasib’ dengan saya, dan saya sudah mendapat sahabat baru, tetapi mereka tak pernah tergeser dari kedudukan mereka dalam ingatan saya.

Terkadang, saat masalah sedang menimpa saya disini, terutama masalah dengan teman, bayangan sahabat-sahabat saya selalu menguatkan saya untuk menghadapi semuanya. Walaupun dulu mereka terkadang membuat saya mangkel dan dongkol. Tetapi itulah sahabat, seakan telah menyatu dengan diri kita dimanapun kita berada.

Sahabat yang saya miliki disini juga tak kalah hebatnya. Kami makan, sepiring berdua (NB : ini bukan judul lagu), dia yang mengambilkan makanan di ruang Jasa Boga, dan saya yang mencucikan piringnya. Terkadang karena saking mengantuknya, kami tidur di lantai dengan satu bantal dan satu guling dan saling berebutan. Dan jika ada masalah, kami menyelesaikan bersama. Walaupun baru beberapa jam kenal dengan dia, saya langsung akrab dan merasakan satu rasa yang sama sebagai santriwati baru.

Tetapi, seperti yang saya sebut di atas, sahabat saya sewaktu dulu (terutama di MTs) tidak akan pernah tergantikan.

Akhir-akhir ini saya mendengar kabar bahwa salah satu sahabat saya di MTs dulu ada yang sudah menjadi Ketua OSIS (Ehm, siapa ya???). Saya sering mencoba menghubunginya, tapi sayang, alanat FB-nya tidak saya temukan, dan nomor HP-nya hilang.

Salam manis untuk semua sahabat saya. Dimanapun kalian berada, aku Cuma pengen bilang, AKU KANGEN KALIAN….

Spesial untuk sahabat saya yang ada di Whaterbat. (Lho, kok jadi sesi kirim salam????)

Remember always : HIDUP BAGAIKAN SELEMBAR KERTAS PUTIH KOSONG DAN PUCAT, PERSAHABATAN ADALAH GAMBAR YANG MENGHIASNYA, DAN SAHABAT ADALAH WARNA YANG MERAMAIKANNYA…

Sukron katsir……

-------------------------------------------------------

Oleh : Sayyida Ikrima (PP. Tebuireng Putri-Jombang)